Menurut keyakinan atau juga menurut agama, seorang yang kesurupan dikarenakan ada sosok makhluk halus yang masuk ke dalam tubuh dan mengendalikannya. Tidak sedikit orang yang kesurupan dapat berbicara ngawur dan bertingkah aneh.
Seorang psikolog bernama Susan Blackmore mengatakan bahwa orang-orang yang hidup di lingkungan yang religius akan lebih mudah mengait-ngaitkan hal tersebut dengan keberadaan makhluk halus atau kekuatan tak kasat mata.
"Kasus kesurupan tersebut diperkirakan muncul karena anggapan masyarakat dengan sisi keagamaan yang kuat terlalu membesar-besarkan atau mengaitkannya dengan keberadaan makhluk halus," ungkap Blackmore seperti yang dikutip Guardian (2005).
Tidak sedikit tampikan yang muncul dan mengatakan anggapan bahwa suatu tingkah aneh yang disebut dengan kesurupan itu merupakan gangguan makhluk halus merupakan pemikiran yang keliru.
Menurut beberapa pakar, aksi kesurupan tersebut muncul karena seseorang memiliki keyakinan kuat akan agama dan kepercayaan, serta dia memiliki kekuatan sugesti dan psikologi yang hebat.
Dari apa yang diyakininya tentang makhluk halus dan sejenisnya, serta kekuatan yang dapat memasuki diri manusia, maka secara tidak sadar, dia mensugesti diri untuk bertingkah aneh dan akhirnya disebut dengan kesurupan.
Bahkan seorang yang bekerja di Vatikan bernama Gary Thomas mengatakan bahwa 90 persen orang yang kesurupan itu tidak kerasukan setan atau roh tapi lebih membutuhkan bantuan psikologis.
Kepercayaan masyarakat akan kekuatan setan atau roh yang dapat memasuki tubuh manusia bertambah kuat ketika banyaknya film-film baik yang di layar lebar atau serial TV atau juga yang bertajuk reality show menampilkan dan mem-blow up hal tersebut, masyarakat semakin percaya.
Para pakar psikologis dan yang berkecimpung dalam dunia medis mengatakan bahwa orang-orang yang dianggap kesurupan tersebut sebenarnya tidak kemasukan roh atau setan melainkan mengidap apa yang disebut psychosis.
Psychosis sendiri memiliki beberapa cabang seperti halusinasi, katatonia, pemikiran yang aneh sampai dengan delusi.
Dalam istilah kedokteran, aksi kesurupan tersebut disebut juga dengan nama possession trans atau suatu pergantian identitas pribadi dengan identitas baru yang akhirnya orang tersebut bertingkah aneh atau juga mengatakan hal-hal yang tidak masuk di akal.
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kesurupan dilihat dari kacamata ilmiah, seperti faktor gangguan pada sistem saraf, gangguan pada sisi psikis, spiritual, sosial dan juga psikologis.
Dari faktor saraf, fenomena kesurupan ini terjadi karena sistem limbic dalam tubuh manusia yang mengatur emosi, tindakan dan perilaku serta mencakup berbagai bagian dari otak mengalami gangguan yang akhirnya terjadinya ketidakseimbangan pada sistem neurotransmitter.
Lantas bagaimana dengan terjadinya kesurupan massal?
Menurut beberapa peneliti dan pakar, kesurupan massal mirip dengan proses dilakukannya sugesti dan hipnotis secara besar-besaran. Pada saat seseorang dalam kondisi psikologis dan psikis lemah, maka hanya dengan melihat seseorang mengalami kesurupan maka dia akan secara otomatis akan ikut menjadi kesurupan. (merdeka)