Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Suhati Kurniawati mengatakan, lembaga bimbingan belajar menimbulkan efek plasebo pada anak-anak yang mengikutinya.
"Pada titik tertentu, bimbel bisa timbulkan efek plasebo pada anak, yang membuat mereka jadi tidak percaya diri menjelang ujian akhir atau seleksi perguruan tinggi negeri jika tidak ikut bimbel," kata Suhati, yang akrab dipanggil Iin, di LPT UI, Jakarta.
Plasebo adalah jenis pengobatan melalui perawatan atau obat-obatan yang sebenarnya tidak berdampak medis, berdasarkan American Cancer Society, dan efek plasebo timbul ketika seseorang merasa sembuh setelah diberikan obat atau perawatan "palsu" tersebut.
Menurut Iin, indikasi adanya dampak plasebo ini adanya beberapa temuan anak yang sebenarnya tidak membutuhkan bimbingan belajar karena memang pada dasarnya pintar namun menjadi tidak yakin dengan kemampuannya sendiri ketika melihat teman-temannya mengikuti bimbel.
Akibatnya, dia melanjutkan, jika tidak mengikuti bimbel, anak-anak tersebut menjadi ragu-ragu dan tegang pada saat menjalani ujian ataupun proses seleksi, sehingga tidak menghasilkan prestasi yang baik.
"Bimbel itu adalah kebutuhan yang diciptakan, karena sebetulnya tidak mengikuti bimbel pun tidak masalah. Itu bukan satu-satunya jalan untuk lulus ujian atau seleksi PTN," kata Iin, yang merupakan psikolog khusus anak, remaja dan keluarga.
Iin mengakui fenomena bimbel tidak bisa dicegah karena banyaknya peminat namun hanya sedikit yang bisa diterima oleh PTN, terutama yang favorit. "Inilah yang dijadikan peluang bisnis," ujarnya.
Menjelang SBMPTN yang akan dilaksanakan 9 Juni 2015, beragam lembaga bimbingan belajar memang gencar menawarkan program "intensif" untuk siswa SMA/SMK yang baru melaksanakan UN dan para alumni.
Ada pun biaya yang ditawarkan cukup beragam. Beberapa lembaga bimbingan di wilayah Jakarta menawarkan harga mulai dari Rp1 juta hingga Rp50 juta per peserta.
Berbagai fasilitas juga disediakan, mulai dari kebebasan untuk berdiskusi dengan pengajar kapan saja, fasilitas penginapan, motivator, hingga janji memberikan pengembalian uang ("cash back") hingga 99 persen jika tidak lulus PTN yang diinginkan.
Salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta, Quin, mengaku seluruh kelas yang dipersiapkan dalam rangka persiapan menuju SBMPTN dan jalur seleksi-seleksi lain sudah penuh sejak beberapa bulan lalu.
"Seluruh kursi di 10 cabang kami di kawasan Jabotabek, yang masing-masing bisa berkapasitas 50-100 orang, sudah penuh oleh para siswa yang mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi negeri," kata staf bagian produksi Quin, Samsiah di kantor pusat lembaga bimbel tersebut di kawasan Fatmawati, Jakarta.
Sementara ditemui di tempat terpisah, Kepala Cabang Lembaga Pendidikan KSM wilayah Salemba, Aida Fitriani mengamini bahwa para siswa SMA sederajat dan alumni masih antusias mengikuti bimbel sebagai persiapan mengikuti seleksi PTN.
"Antusiasme para siswa untuk mengikuti program intensif tahun 2015 cukup tinggi," kata Aida Fitriani.
Sebagai buktinya, ujar Aida, ratusan kursi yang disediakan lembaga tersebut terisi penuh oleh para siswa yang akan berjuang melewati UN, sejak program intensif dimulai pada 25 April 2015. (liputan6)