Studi tersebut dilakukan oleh para ahli dari University of Michigan, Amerika Serikat, dan melibatkan lebih dari 1.300 pasangan yang menikah. Hasilnya, para ahli menemukan bahwa para pria yang memiliki pasangan stres cenderung lebih memiliki tekanan darah tinggi ketimbang pria dengan pasangan yang lebih tenang dan rileks.
Namun sebaliknya, tingkat stres suami sama sekali tidak memengaruhi tekanan darah sang istri. Lalu, bagaimana bisa suami menderita tekanan darah tinggi gara-gara istri yang stres? Kemungkinannya adalah lantaran fakta bahwa pria cenderung lebih bergantung pada dukungan pasangan ketimbang wanita.
Menurut Kira Birditt PhD yang terlibat dalam penelitian tersebut, kecemasan pria akan meningkat ketika pasangannya dirundung stres. Kondisi yang terjadi ini memiliki implikasi negatif terhadap jantung pria. Inilah yang kemudian menyebabkan pria mengalami tekanan darah tinggi.
"Para suami dapat menderita kesengsaraan dan kesulitan ketika para istri mengalami stres, sebab artinya, para istri tidak bisa memberikan dukungan kepada mereka dalam situasi seperti itu," jelas Birditt.
Menurut dia, penting bagi para pria untuk mencari tahu apa yang menyebabkan pasangannya dirundung stres. Gunakanlah pertanyaan seperti "Bagaimana harimu?" dan berikan waktu sebanyak-banyaknya bagi istri untuk menjelaskan segalanya, termasuk keluh kesah terkait masalah yang membuatnya stres.
Ketika istri menunjukkan gejala-gejala stres, Birditt menyarankan kepada para suami agar tetap memberikan dukungan agar kondisi istri dapat kembali stabil. Tidak ada salahnya mendengarkan keluh kesahnya dan mendampingi secara emosional tanpa perlu ada perasaan wajib untuk memperbaiki keadaan. (kompas)