Sejumlah pakar kesehatan tidak bosan menekankan kurang tidur berdampak pada masalah kesehatan yang serius. Obesitas, penyakit jantung, stroke, potensi kanker, hingga kondisi di mana seseorang mudah marah, stres, dan kepala pusing.
Dr Guy Meadows dari peneliti tentang tidur dan direktur klinik The Sleep School mengatakan, perkembangan teknologi yang kian canggih membuat pergeseran cukup besar pada waktu tidur masing-masing individu. "Masalah mendasar yang tak dapat dihindari saat ini adalah gaya hidup. Kondisi ini membuat waktu tidur kita menjadi kian pendek," kata Guy dikutip Daily Mail.
Dikelilingi teknologi yang canggih, lanjut Guy, membuat waktu kerja seseorang menjadi lebih lama ketimbang waktu yang mereka sisihkan untuk tidur. Kerja sampai larut malam menggunakan teknologi canggih, membuat otak kita sulit memprogram waktu tidur.
Profesor yang ahli di bidang obat tidur dari Oxford University, Colin Espie mengatakan, dibanding manusia yang hidup 60 tahun lalu, individu di era modern telah mengurangi waktu tidur sendiri selama dua jam setiap hari.
"Musuh terbesar dari sulit tidur adalah kebiasaan seseorang berpikir tentang apa yang akan terjadi esok hari, masa depan, dan hal-hal terburuk apa saja yang bakal terjadi. Selain itu, khawatir tidur sendiri dan bagaimana cara agar dapat mengatasi segala problema esok hari tanpa menemukan kesulitan, membuat tidur yang nyenyak sulit dilakukan," kata Colin. (liputan6)