Jangan Larang Anak Balita yang Ingin Bermain

Bermain untuk anak balita adalah cara mereka dalam mengungkapkan pikiran, keinginan, dan menjelajahi lingkungan sekitarnya untuk kali pertama dalam kehidupan.

Untuk anak usia bawah lima tahun, bermain adalah fondasi dari kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, mengetahui batasan diri, dan belajar secara menyeluruh,” terang Susan Linn, Co-Founder, Campaign for a Commercial-Free Childhood, dan seorang penulis The Case for Make Believe.

Permainan dan kebebasan bermain, kata Linn, membantu anak balita untuk menguasai kemampuan akademis di jalur pendidikan formal.

Ritual membaca sebelum tidur malam membantu kemampuan membaca, mengeja, mengenal kata, dan memperkaya kosa kata.

Lalu, bermain sabun saat mandi dapat menstimulasi bakat anak di bidang ilmiah. Sementara itu, bermain susun balok, merangsang akal anak dalam menyelesaikan soal geometri.

Kemudian, bermain puzzle bersama teman-teman sebaya, membantu anak agar mampu bekerjasama dan bersosialisasi.

Sebuah studi di Masschusetts Institute of Technologi, AS, melaporkan kesimpulan bahwa anak yang dibiarkan bebas bermain, tumbuh lebih cerdas dan supel di masa depan.

Selain itu, studi juga memaparkan dampak buruk kebiasaan orangtua yang terlalu kaku pada aturan, ternyata menyebabkan anak tertekan dan tumbuh menjadi anak yang tidak bisa bekerjasama dengan orang lain.

Anak yang stres di usia balita karena aturan orangtua yang berlebihan, kebanyakan dari anak-anak tersebut tida bisa memegang pensil, duduk tenang, dan menyelesaikan pekerjaan rumah,” terang Lorayne Carbon, Director, Early Childhood Center di Sarah Lawrence College, in Bronxville, New York, AS.(kompas)


Home