Inilah Akibatnya Kalau Ortu Selalu Ambil Tanggung Jawab Anak

Namanya orang tua pasti nggak tega kalau anak kenapa-kenapa ya. Termasuk ketika anak menjalani menerima konsekuensi atas perbuatan yang dia lakukan, bahkan ketika yang memberi konsekuensi adalah ayahnya, kita sebagai orang tuanya aja nggak tega. Kadang kala, secara nggak sadar pun ayah atau bunda mengambil alih tanggung jawab anak dalam menerima konsekuensi dari perbuatannya.

Misalnya, ketika di sekolah anak melakukan pelanggaran terus dia mendapat konsekuensi dari perbuatannya, tapi kemudian orang tua nggak tega atau bahkan nggak terima, alhasil ayah dan bunda pun 'maju' dan pasang badan untuk anak. Ketika ini kita lakukan, ada akibat yang bisa ditimbulkan dan berdampak nggak baik buat anak nantinya lho.

"Nantinya anak bisa merasa kalau orang tuanya selalu melindungi dan membela dia walaupun dia salah. Anak jadi menggampangkan dan dia nggak belajar bertanggung jawab atas konsekuensi dari perbuatan yang dia lakukan dan memang harus dia jalankan," kata psikolog anak dan remaja dari RaQQi Human Development and Learning Centre, Ratih Zulhaqqi.

Maka dari itu, menurut Ratih yang juga ibu satu anak ini, salah satu tantangan orang tua milenial saat ini adalah harus 'tega' membiarkan anak menerima konsekuensi dari perbuatannya. Dengan begitu, anak bisa belajar mengambil keputusan yang tepat dan pastinya dia biasa bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan dan bukan lari dari tanggung jawabnya.

Sementara itu, psikolog anak dari Tiga Generasi, Anna Surti Ariani yang akrab disapa Nina, bilang ketika anak diketahui melakukan pelanggaran di sekolah, orang tua memang perlu mendiskusikan hal ini dengan pihak sekolah dan berusaha menerima bahwa si anak salah ketika memang si anak terbukti melakukan pelanggaran.

"Jadi bukan yang langsung membela anaknya karena pasti anaknya nggak salah. Kita harus legowo juga kalau memang anak melakukan kesalahan dan biarkan dia menerima konsekuensi dari perbuatannya. Memang, konsekuensinya disesuaikan dengan usia dan kesalahan apa yang dilakukan anak. Tiap sekolah pun pasti udah punya aturannya sendiri-sendiri kan?" kata Nin.

Begitu juga ketika di rumah. Misalnya, ayah mau ngasih konsekuensi anak dari perbuatannya tapi bunda justru membelanya. Nah, situasi yang nggak satu suara soal pemberian konsekuensi pada anak bisa bikin anak bingung atau malah, anak menganggap dia bisa berlindung ke salah satu orang tua.

Alhasil, anak bisa nggak terbiasa menerima konsekuensi yang nggak enak dari perbuatannya, anak selalu merasa benar, dan bisa aja anak tumbuh jadi sosok yang nggak mempedulikan aturan. Maka dari itu, Nina menekankan pentingnya kompaknya pasangan dalam soal pemberian konsekuensi ke anak ketika dia melakukan kesalahan. (haibunda)


Home