Beberapa taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK) memberikan pendidikan akademis berupa tes dan pekerjaan rumah. Pakar pendidikan mengatakan hal ini tidak tepat dan malah merugikan anak.
Dr Thomas Armstrong, PhD, pakar pendidikan dari Amerika Serikat mengatakan otak anak tak bisa distimulasi dengan tes atau PR. Otak anak menurutnya, hanya bisa distimulasi dengan aktivitas bermain sambil belajar.
"Memberikan PR dan tes pada anak usai 3-5 tahun hanya akan membuat otak mereka terfokus pada angka dan hitungan. Padahal potensi otak anak bisa dikembangkan lebih dari itu," tutur Dr Armstrong beberapa waktu lalu dan ditulis Senin (5/10/2015).
Dr Armstrong mengatakan tes dan PR hanya menghambat anak untuk berkembang di bidang lainnya. Anak tidak hanya butuh belajar menghitung dan mengenal angka, namun juga belajar soal seni, tulis menulis, olahraga hingga pengendalian emosi dan rasa percaya diri.
Selain itu, memberikan anak PR dan tes hanya akan membuat anak stres. Stres tersebut muncul antara lain karena tuntutan orang tua, tekanan teman sebaya hingga tekanan dari guru dan pengajar.
Oleh karena itu ia lebih menyarankan agar orang tua membiarkan anak bermain. Bermain juga dapat mengasah otak anak dan mengembangkan kepintarannya. Misalnya, orang tua dapat mengajak anak bermain ke kebun binatang untuk mengenal hewan atau menyusun bangunan dari balok untuk mengembangkan keterampilan tangan serta imajinasi.
Meski begitu, ia tak memungkiri bahwa tuntutan anak untuk berprestasi sering muncul dari orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus pintar-pintar memilih PAUD atau TK yang akan dimasuki anak.
"Mungkin orang tua melihat anak lain sudah bisa berhitung dan menulis dengan baik, dan secara tidak sadar menekan anaknya untuk memiliki kemampuan yang sama," ungkapnya.
"Oleh karena itu orang tua harus pintar memilih PAUD dan TK untuk anaknya. Jika ternyata PAUD atau TK tersebut sangat mementingkan akademis dan banyak memberi anak tes atau PR, sebaiknya hindari," pungkasnya.(detik)